Sabtu, 09 Oktober 2010

ya ya ya

belum pernah sebelumnya, seseorang menyita waktu dan perhatianku dalam jangka waktu yang cukup lama,
egoku yang tinggi buat aku lebih terkendali.
jarang sekali aku berkawan dengan dilema, atau dilempar ke dalam kubangan airmata.
boleh dibilang,aku yang pegang kuasa.

tapi memang dasar lelaki,
pintarnya ia sampai bisa menembus pintuku yang sudah dipaku rapat rapat.
besi pintuku meleleh pelan pelan waktu ia memberikan senyum malu-malunya.
dasar wanita,
mudah tergoda sama yang halus halus,
lembut sedikit,langsung terhanyut.
kata katanya manis, dan tidak terasa menyakitkan.
tiap kali ia datang, tubuhku rasanya ringan.
susah payah kupasang wajah dingin seakan tidak peduli pada perasaan.


aku takut ditinggal sendirian,
kalau kalau nanti dia bosan atau ketemu yang lebih menantang,aku dikemanakan?
aku tidak mau lagi lagi dikebelakangkan.
nanti aku bisa marah sampai sampai setetes air jatuh dari mata.
aku sendiri tidak akan sadar aku marah karena dia atau karena menyadari betapa lemahnya aku.


orang bilang, tidak apa, nantinya juga tidak akan terasa


lalu lagi-lagi aku ketakutan,
bagaimana kalau nanti lukanya setengah kering,tapi ia datang lagi?
niatnya aku tidak mau bergeming dan buka pintu,
tapi aku yakin, Tuhan juga akan luluh kalau lihat senyumnya.
sudut matanya naik lima belas derajat dan tanpa memamerkan gigi sama sekali.
belum lagi cara jalannya yang sedikit berjingkat,
ataupun tawa lebarnya kalau sudah berkumpul dengan teman teman.
atau wajah kosongnya yang sering kulihat waktu ia duduk sendirian.
aku hafal semua raut mukanya.
sungguh belum pernah seseorang memaksaku untuk terus mengamati setiap jengkal tubuh dan ekspresinya tanpa sadar.
dalam diam aku mengumpulkan kepingan kepingan kasih yang ia lontarkan,
lalu kususun satu persatu seperti puzzle,
ia berjalan lambat dan penuh perhitungan.

ia orang pertama yang berhasil buat aku hampir mati penasaran.
dibuatnya aku menderita,menguji kesabaran.
belum pernah sebelumnya,
seseorang buat aku begini kebingungan dalam waktu lima bulan.

terima kasih sayang.

aku tak benar benar pergi

aku tak merasa kalah dalam penantian ini .
aku hanya merasa lelah yang teramat sangat .
setelah mengurung hatiku dalam cinta yang tak pernah berjawab .
aku seperti sesusuk duri yang tak pernah kusadari
seberapa dalam luka meninggalkan perih .
menikmati sakitnya sampai tak terasa lagi luka telah mengalirkan darah .
begitu dalamnya cinta menghujam hingga tak bisa kubedakan lagi
mana tangis , mana tawa .
dua-duanya telah menjadi satu dalam butiran nelangsa .
terbata dalam kata , tertatih dalam jejaknya .
dan tersia-sia tanpa rekah bahagia .
aku mungkin belum kalah ,
tapi yang pasti aku mulai kecewa .
membawa kakiku berjalan menjauh dari cintamu .
perlahan tapi pasti , tertahan tapi tak punya daya aku untuk kembali
aku mungkin telah pergi .
tapi aku tak pernah berlari darimu .

langit mengatup , dicumbu mendung dan gerimis yang turun sedari pagi .
aku lelap dalam tidur tanpa mimpi .
terlalu banyak kenangan yang tumpah sore kemarin .
hingga malamku pun terlewati tanpa angan dan khayal lagi .
ternyata , lebih mudah mengenang segalanya tentangmu saat raga kita bertemu .
saat matamu mengerlip malu .
saat senyum menyungging syahdu .
saat tawa tumpah tanpa beban .
setiap gerakmu adalah catatan dan cerita yang tak lekang oleh masa .
kemarin kita bertemu , hari ini seribu puisi keindahan terbenam dalam memori hati .
tergurat di setiap detak jam yang mengiring degup jantung .